Dhimam bin Tsa'labah berasal dari Bani Sa'ad bin Bakar. Ia seorang lelaki yang perkasa dengan rambut panjang terurai. Suatu ketika ia diutus kaumnya untuk menemui Nabi SAW di Madinah. Tujuannya untuk menanyakan beberapa hal tentang Risalah Islamiyah yang didakwahkan beliau itu.
Ketika sampai di Masjid Nabawy, ia bertanya tentang siapakah anak Abdul Muthalib, seorang lelaki yang bernama Muhammad? Nabi SAW menunjukkan dirinya. Dhimam berkata, "Wahai anak Abdul Muthalib, aku akan meminta dengan keras kepadamu beberapa persoalan ini, tetapi kuminta engkau tidak marah."
Nabi SAW pun mengijinkannya bertanya apapun yang terlintas di benaknya, dan berjanji tidak akan marah. Ia berkata, "Aku memintamu bersumpah dengan nama Allah, Tuhanmu, Tuhan orang-orang yang sebelum kamu, dan Tuhan orang-orang yang akan diciptakan setelah kamu, apakah Allah telah mengutusmu sebagai Rasul?"
Walaupun pertanyaan itu tampak kurang pantas (kurang adab atau tatakrama) terhadap kedudukan Rasulullah SAW, tetapi beliau menjawabnya dengan sabar, "Benar, aku bersumpah."
Dhimam bertanya lagi, "Aku memintamu bersumpah dengan nama Allah, Tuhanmu,
Tuhan orang-orang yang sebelum kamu, dan Tuhan orang-orang yang akan
diciptakan setelah kamu, apakah Allah telah mengutus kamu itu, memerintahkan
kami hanya menyembah-Nya saja, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan
selain-Nya, dan supaya kami meninggalkan sesembahan nenek moyang kami?"
"Benar,
aku bersumpah," Kata Nabi SAW dengan sabarnya.
Dhimam bertanya lagi, "Aku memintamu bersumpah dengan nama Allah, Tuhanmu, Tuhan orang-orang yang sebelum kamu, dan Tuhan orang-orang yang akan diciptakan setelah kamu, apakah Allah telah memerintahkan kamu untuk mengajak kami mengerjakan shalat lima waktu."
"Benar, aku bersumpah," Kata Nabi SAW masih dengan sangat sabarnya.
Dhimam masih mengulang-ulang lagi pertanyaan seperti itu, dengan menyebutkan berbagai macam perintah syariah seperti zakat, puasa, hajji, dan lain-lainnya, yang selama ini telah didengarnya. Ia juga menanyakan tentang beberapa larangan-larangan dalam Islam yang telah didengarnya, dengan cara dan redaksi yang sama. Dan Nabi SAW selalu menjawabnya dengan penuh kesabaran, "Benar, aku bersumpah."
Sampai akhirnya Dhimam berkata, "Sungguh aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa engkau, Muhammad adalah Utusan Allah. Aku akan melakukan perintah-perintah fardhu tersebut dan meninggalkan apa yang telah engkau larang, dan aku tidak akan menambahkannya dan mengurangkannya."
Setelah itu ia mengucapkan terima kasih dan pamit kepada Nabi SAW, dan berpaling pergi untuk kembali kepada kaumnya. Nabi SAW pun bersabda, "Jika persaksian orang itu benar, ia akan masuk surga."
Ketika Dhimam telah sampai di tempat kaumnya, dan mereka berkumpul di
sekitarnya, maka ucapan pertamanya adalah, "Binasalah Latta dan Uzza!"
Mendengar
ucapannya itu mereka langsung kaget, dan berkata kepada Dhimam, "Wahai
Dhimam, jangan sekali-kali engkau mencacinya (Latta dan Uzza), nanti engkau
akan terkena penyakit sopak, lumpuh dan gila."
"Celakalah kalian," Kata Dhimam membalas ucapan kaumnya itu, "Sesungguhnya kedua berhala itu tidak akan pernah bisa memberikan manfaat dan mudharat apapun pada kalian. Sungguh Allah telah mengutus seorang Rasul dan menurunkan kepadanya kitab yang membebaskan kalian dari kesesatan."
Kemudian Dhimam menceritakan kalau ia telah memeluk Islam, mengikuti ajaran Rasul tersebut. Ia juga menceritakan tentang berbagai perintah dan larangan dalam agama Islam. Begitu piawainya Dhimam mengajak dan mengajarkan Islam kepada kaumnya, sehingga sebelum petang pada hari itu berakhir, mereka semua telah memeluk Islam.