Utsman bin Mazh'un merupakan golongan sabiqulnal awalun atau golongan awal yang masuk Islam, sebelum mencapai dua puluh orang. Pada awal keislamannya, ia pernah berhijrah atau pergi ke Habasyah sampai dua kali untuk menjauhi dan menghindari siksaan kaum kafir Quraisy.
Ketika terdengar kabar bahwa orang-orang Quraisy telah menerima Islam, ia kembali ke Makkah. Tetapi ternyata itu hanya berita bohong, bahkan mereka telah bersiap untuk menangkap dan menyiksa para sahabat yang terpancing dengan kabar bohong tersebut yang baru kembali dari Habasyah tersebut. Untung bagi Utsman, pamannya Walid bin Mughirah (ayah Khalid bin Walid), menyatakan memberikan jaminan perlindungan keamanan kepadanya, sehingga orang-orang kafir Quraisy tidak berani untuk menangkap dan menyiksanya.
Utsman memiliki kebebasan untuk bergerak dan berjalan dimana saja di Makkah karena perlindungan Walid tersebut, tetapi ia melihat kaum muslimin lainnya dalam ketakutan, sebagian dalam derita penyiksaan. Ia jadi merasa tidak nyaman walau dalam keamanan, karena itu ia mengembalikan jaminan perlindungan pamannya tersebut, sehingga bisa merasakan seperti yang dirasakan oleh saudara muslim lainnya. Ketika Walid menanyakan alasannya, ia berkata, "Aku hanya ingin berlindung kepada Allah dan tidak suka kepada yang lain-Nya"
Suatu ketika ia melewati majelis orang kafir Quraisy yang sedang mendengarkan lantunan syair dari seorang penyair bernama Labid bin Rabiah. Seperti biasanya, para hadirin akan memberi applaus. Utsman bin Madz’un ikut memberi applaus ketika Labid menyampaikan salah satu baitnya, "Ingatlah, segala sesuatu selain Allah akan binasa."
Labidpun meneruskan bait syairnya, "Dan semua nikmat niscaya pasti sirna."
Spontan Utsman berteriak, "Dusta…!! Nikmat surga tidak akan pernah sirna…"
Mendengar ada orang yang membantah syairnya, Labid jadi marah, ia meminta agar orang Quraisy bertindak karena ada yang mulai berani merusak forum mereka. Seseorang bangkit untuk memukul Utsman, tetapi ia membalas pukulannya tersebut, akibatnya salah satu matanya bengkak karena terpukul. Pamannya, Walid bin Mughirah, yang berada di sebelahnya berkata, “Kalau saja engkau masih berada dalam perlindunganku, matamu tidak akan mendapat musibah seperti itu!!”
Mendengar komentar pamannya itu, Utsman justru menjawab dengan semangat, "Bahkan aku merindukan ini terjadi padaku, dan mataku yang satunya menjadi iri dengan apa yang dialami oleh saudaranya. Aku berada dalam perlindungan Dzat yang lebih mulia daripada kamu!"
Ketika telah tinggal di Madinah, Utsman bin Mazh'un meninggal karena sakit, tidak gugur dalam pertempuran sebagai syahid. Hal ini sempat menimbulkan prasangka yang buruk, bahkan Umar bin Khaththab sempat berkata, "Lihatlah orang ini (yakni Utsman) yang sangat menjauhi kebesaran dunia (yakni zuhud), tetapi ia mati tidak dibunuh (mati syahid) !!”
Persangkaan seperti itu terus bersemayam dalam pikiran banyak orang sampai akhirnya Nabi SAW wafat karena sakit dan tidak dalam pertempuran. Umar-pun berkata, "Alangkah sedihnya, orang yang paling mulia di antara kita telah meninggal dunia."
Prasangka seperti itupun jadi hilang, mereka tidak lagi memandang remeh kematiannya yang tidak dibunuh atau syahid di medang perang. Dan hal itu makin menguat ketika Khalifah Abu Bakar-pun meninggal juga karena sakit, tidak terbunuh di medan pertempuran. Kali ini Umar berkata, "Alangkah sedihnya, orang yang paling baik di antara kita telah meninggal dunia." Utsman merupakan sahabat yang pertama meninggal di Madinah dan orang muslim pertama yang pertama kali dimakamkan di Baqi. Beberapa waktu kemudian putri Nabi SAW yang juga istri Utsman bin Affan, Ruqayyah binti Muhammad meninggal, Nabi SAW bersabda, "Pergilah, wahai putriku, susullah saudara kita yang saleh, Utsman bin Mazh'un..!!"