Bujair bin Zuhair dan Ka'ab bin Zuhair bin Abi Sulma al Muzanni adalah dua bersaudara, mereka berangkat ke Madinah untuk menemui Nabi SAW. Ketika sampai di al Azzaf, sumber air Bani Asad, Bujair menyuruh Ka'ab menunggu di suatu peternakan di tempat itu sementara ia akan menemui Nabi SAW. Setelah bertemu dengan Nabi SAW dan mendengar risalah yang beliau bawa, Bujair langsung memeluk Islam.
Berita keislaman Bujair ternyata telah sampai kepada Ka'ab sebelum Bujair sendiri menyampaikannya. Ka'ab marah sekali karena saudaranya itu berpindah agama. Ia adalah seorang penyair, karena itu ia menyusun suatu syair sebagai ekspresi kemarahannya, dan menganggap Rasulullah SAW sebagai penyebabnya. Isi syair tersebut cukup melukai perasaan Nabi SAW, sehingga ketika mendengarnya, beliaupun menghalalkan darah Ka'ab. Artinya, para sahabat yang bertemu dengannya, diijinkan untuk membunuhnya.
Bujair yang masih tinggal bersama Rasulullah SAW untuk memperdalam keislamannya, segera saja menulis surat kepada Ka'ab tentang perintah beliau itu, akhirnya ia berkata dalam suratnya, "Selamatkanlah dirimu, tetapi aku tidak menganjurkan engkau untuk melarikan diri…"
Beberapa waktu kemudian Bujair menulis surat lagi kepada Ka'ab. Kali ini ia menceritakan tentang Islam, kemudian di akhir suratnya ia berkata, "Tidak seorangpun menemui Nabi SAW kemudian ia bersyahadat memeluk Islam, melainkan persaksiannya itu akan diterima oleh beliau. Karena itu, setelah menerima surat ini, terimalah Islam dan masuklah ke dalam Islam."
Ka'abpun memenuhi saran saudaranya. Ia menunggangi kendaraannya menuju Madinah, menambatkannya di luar masjid dan masuk ke dalam mendekati Nabi SAW. Ketika itu Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya dalam suatu kumpulan dengan hidangan yang tersedia. Setelah berhadapan, Ka'ab mengucap salam dan menyatakan keislaman dengan bersyahadat, kemudian memohon perlindungan keselamatan atas dirinya, tanpa memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
Nabi SAW menerima persaksian keislamannya dan memenuhi permintaannya, kemudian beliau bersabda, “Siapakah dirimu ini?”.
"Saya adalah Ka'ab bin Zuhair." Kata Ka'ab.
Nabi SAW tersenyum melihat ‘siasat’ yang dilakukannya, dan beliau berkata,
"Engkau yang mengatakan dalam syair…..." Kemudian Nabi SAW meminta Abu Bakar
untuk membaca syair tersebut.
Ka'ab membenarkan, tetapi juga meralat
adanya bagian yang dirubah sehingga terkesan sangat meremehkan Nabi SAW.
Sekali lagi Ka'ab meminta maaf kepada Nabi SAW, kemudian melantunkan syair
lain yang isi memuji dan menyanjung Nabi SAW dan agama Islam, sehingga Nabi
SAW menjadi senang.
Dua orang bersaudara ini bersama kembali, kali ini untuk memperdalam dan memperbaiki keislamannya, di sisi manusia terbaik, Rasulullah SAW.