-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Tag Terpopuler

Kisah Nabi Idris, dan sifat terpujinya dalam Al-Quran

Selasa, 14 Juni 2022 | Selasa, Juni 14, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-12-01T09:18:05Z

Kisah 25 Nabi dan Rasul

Kisah Nabi Idris dan sifat terpujinya dalam Al-Quran

Nabi Idris adalah keturunan dari nabi Adam yang keenam dan merupakan salah satu Nabi yang wajib diimani oleh setiap Muslim, nasab lengkap Nabi Idris sampai ke Nabi Adam adalah Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam. Allah telah memuji Idris dan menyebutkan sifat baginya dengan gelar keNabian dan orang yang sangat membenarkan.

Idris adalah nama lain dari Khanukh yang merupakan jalur nasab Rasulullah saw, sebagaimana yang disebutkan oleh sejumlah ulama yang menggeluti perihal nasab manusia. Dia adalah keturunan Nabi Adam yang pertama kali diberi gelar keNabian oleh Allah swt setelah Adam dan Syits 'alaihimas salam.

Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa Nabi Idris adalah manusia yang pertama kali bisa menulis menggunakan pena. Ia hidup bersama Nabi Adam selama Tiga Ratus Delapan Tahun. Sebagian orang mengatakan bahwa ia adalah orang yang dimaksud dalam sebuah hadits dari Mu'awiyah bin al Hakam as Sulami, ketika Rasulullah saw ditanya tentang tulisan di atas pasir, maka beliau bersabda: "Dahulu ada seorang Nabi yang menulis dengannya (maksudnya menulis di atas pasir). Barangsiapa yang sejalan dengan tulisannya, maka demikian Itulah (tulisannya)” (HR Muslim).



Mayoritas ulama tafsir dan hukum beranggapan bahwa ldris adalah orang yang pertama kali yang berbicara masalah tersebut. Mereka menamakannya sebagai Harmasu alHaramisah (ahlinya ulama perbintangan). Banyak hal yang mereka dustakan atas dirinya, sebagaimana halnya mereka telah mendustakan para Nabi yang lain, ulama, ahli hikmah dan para wali.

Firman Allah swt : “ Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (QS Maryam 56-57).

Firman Allah ta'ala: "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi" Yaitu sebagaimana yang tertera dalam sebuah hadits dalam kitab ash Shahihaini berkaitan dengan hadits Isra' dan Mi'raj: Bahwasanya Rasulullah saw melintasi Nuh yang berada di langit ke empat. Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Yunus dari Abdul A'laa dari Ibnu Wahab dari Jarir bin Hazim dari al A'masy dari Syamr bin Athiyah dari Hilal bin Yasar, ia berkata: Ibnu Abbas pernah bertanya kepada Ka'b, dan saat itu saya hadir di tengah-tengah mereka. Ibnu Abbas bertanya kepadanya: "Apa makna firman Allah ta'ala: "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."? Ka'b menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada Idris: "Setiap hari Aku mengangkat amalanmu ibarat amalan semua keturunan Adam -mungkin yang dimaksud adalah orang-orang yang ada di jamannya, dan Aku ingin agar engkau menambah amalanmu.

Maka kekasihnya dari kalangan malaikat mendatanginya, Idris berkata: Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku begini dan begitu. Maka berikanlah alasan kepada malaikat maut agar aku dapat menambahkan amalan. Maka malaikat tersebut membawanya dan diletakkan di antara kedua sayapnya kemudian naik ke langit. Ketika tiba di langit keempat, maka ia bertemu dengan malaikat maut sedang bersandar.

Malaikat yang bersama Idris tersebut memberikan alasan kepada malaikat maut sesuai dengan pesan Idris. Malaikat maut bertanya: Dimana Idris? Malaikat tersebut menjawab: Ia berada di atas punggungku. Malaikat maut berkata: Sungguh mengherankan! Aku diutus dan diperintahkan untuk mencabut nyawa Idris di langit keempat. Sebelumnya aku berkata: Bagaimana mungkin aku mencabut nyawanya dilangit keempat sedangkan ia berada di bumi? Maka malaikat maut mencabut nyawa Idris. Hal inilah yang dimaksud oleh firman Allah Ta'ala:"Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi".

Ibnu Abi Hatim meriwayatkannya ketika menafsirkan ayat tersebut: Idris berkata kepada malaikat tersebut: Tanyakan kepada malaikat maut berapa umurku yang masih tersisa? Maka malaikat tersebut bertanya kepada malaikat maut, sedangkan Idris bersamanya: Berapa umur Idris yang masih tersisa? Malaikat maut berkata: Aku tidak tahu, sebelum aku melihatnya.

Maka malaikat maut melihat sisa umumya, kemudian berkata: Sesungguhnya engkau bertanya kepada seseorang yang umurya hanya tersisa sebatas kedipan mata. Lantas, Malaikat tersebut melihat Idris yang berada di bawah sayapnya, ternyata ia telah meninggal dunia sedangkan malaikat tersebut tidak merasakannya. Ini termasuk kisah Israiliyaat dan mengandung kemunkaran.

Ibnu Abi Najih menyatakan dari Mujahid berkenaan dengan ilrman Allah ta'ala: "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." Ia berkata: Idris diangkat ke langit dalam kondisi hidup sebagaimana halnya Isa diangkat ke langit. Bila yang dlmaksud bahwa Idris masih hidup hingga sekarang, maka pendapat Ini mengandung kelemahan. Namun bila yang dimaksud adalah Idris diangkat ke langit kemudian dicabut nyawanya, maka hal ini tidak menafikan riwayat dari Ka'ab al Ahbar di atas. Wallahu a'lam.

Al-'Aufi berkata dari Ibnu Abbas berkaitan dengan firman Allah ta'ala: "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.": Idris diangkat ke langit keenam dan meninggal di sana. Inilah pendapat yang diungkapkan oleh adh Dhahak. Namun hadits Mutafaqun 'Alaih yang menyebutkan bahwa Idris dicabut nyawanya di langit keempat adalah hadits yang lebih shahih. Inilah pendapat yang diungkapkan oleh Mujahid dan lainnya.

Al Hasan al Bashri mengatakan berkaitan dengan firman Allah Ta'ala:"Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.", ia berkata: ia diangkat ke surga. Sebagian ulama mengatakan bahwa ia diangkat dimasa hidup bapaknya, Yarid bin Mehlayil. Wallahu a'lam.

Sebagian dari mereka menggangap bahwa keberadaan Idris bukan sebelum Nuh, tapi di masa bani Israil. Bukhari mengatakan: Disebutkan dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud llyas adalah Idris. Mereka memperkuat hal tersebut dengan hadits az Zuhriy dari Anas berkaitan dengan masalah Isra' dan Mi'raj: Ketika Nabi melewati Idris, Idris berkata kepadanya: "Selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih.

Idris tidak mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh Adam dan Ibrahim: Selamat datang Nabi yang shalih dan anak yang shalih. Mereka mengatakan: Sekiranya Idris berada pada jalur nasab Nabi saw, niscaya ia akan mengatakan sama seperti yang diungkapkan oleh Adam dan Ibrahim kepadanya." Hal ini tidak harus menunjukkan yang demikian itu. Sebab, boleh jadi rawi tidak menghafalnya dengan baik atau boleh jadi Idris mengungkapkan hal tersebut sebagai bentuk ketawadhu'an. Ia tidak menisbatkan posisi kebapakan, sebagaimana yang dilakukan oleh Adam, bapak manusia. Sedangkan Ibrahim adalah kekasih Allah dan ulul 'Azmi yang paling agung setelah Nabi Muhammad saw.

sumber : kitab Qishashul Anbiya (Kisah Para Nabi) karya Ibnu Katsir.

×
Berita Terbaru Update